Strategi Kebijakan Arsitektur Kesehatan Global 'Ala' Indonesia
- Administrator
- Rabu, 16 November 2022 07:20
- 418 Lihat
- Gagasan Riset Bela Negara
STRATEGI KEBIJAKAN ARSITEKTUR KESEHATAN GLOBAL ‘ALA’ INDONESIA
oleh:
Brigjen TNI Purn.Dr.dr.Soroy Lardo,SpPD KPTI FINASIM
Direktur UPNVERI – UPN Veteran Health Research Institute
Alumni TOT Lemhannas Gelombang III 2022
Perhelatan bidang kesehatan KTT G-20 tgl 15-16 November 2022 akan membawa arah baru arsitektur kesehatan global, strategi kebijakan geopolitik yang menjembatani problematika kesehatan transboundary diseases Covid-19 yang berdampak terhadap multisektoral kehidupan. Pandemi Covid-19 setidaknya membuka kotak pandora ‘jiwa korsa’ kesiapsiagaan komunitas (community preparedness) sebagai komitmen bersama seperti yang sudah dicanangkan dalam pertemuan Menteri Kesehatan dalam Health Working Group-1. Terdapat enam aksi kunci sebagai bagian kesiapsiagaan, pencegahan dan respons terhadap pandemi di masa depan. Tulisan ini memberikan beberapa sumbang saran untuk melengkapi arsitektur kesehatan ‘ala’ Indonesia.
Kesiapsiagaan rumah sakit (Hospital Preparedness)
Pandemi Covid yang merebak tahun 2020 memberikan pembelajaran sejauh mana sumber daya kesehatan menghadapi akumulasi kasus yang datang bergelombang menjalani perawatan di rumah sakit melalui fase puncak-landai-puncak, terutama saat fase puncak delta di pertengahan tahun 2021. Pergerakan pasien virus Covid-19 saat itu yang menjalani perawatan di rumah sakit tidak semata infeksi virus, namun kompleksitas kasus dengan berbagai komorbiditas. Di sisi lain, penyebaran di tingkat komunitas sulit dikendalikan dengan transmisi super spreader, disebabkan ketidakdisiplinan masyarakat melaksanakan perilaku pencegahan dengan penggunaan masker yang tepat, menjaga jarak dan kontinuitas cuci tangan.
Inisiasi kesiapsiagaan yang dicanangkan menghadapi awal pandemi adalah Hospital Preparedness, jika berpedoman CDC dan WHO adalah transformasi pelayanan dengan melaksanakan identifikasi, perubahan orientasi pelayanan berbasis stratifikasi risiko infeksi, penugasan kegiatan (perubahan jadwal kegiatan), pengalokasian sumber daya manusia (dokter, perawat, tim asuhan), pelibatan multidisiplin spesialisasi dengan budaya profesional, pelatihan, pengembangan pedoman dan protokol perawatan, kolaborasi rumah sakit jejaring, konsultasi telemedicine dan mempersiapkan riset penelitian. Tanggung jawab rumah sakit saat itu memperkuat koordinasi dan jejaring yang berfokus tatalaksana komprehensif di rumah sakit dan membuka pintu kerjasama epidemiologi mendukung pendataan awal penyebaran di masyarakat. Fase hospital preparedness selama pandemi berlangsung, setiap rumah sakit wajib memiliki alat ukur kebijakan kinerja siklus - monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan yang dilaksanakan secara baik dan efisien, efektif dan produktif. Evaluasi siklus monitoring kinerja diharapkan memuat suatu sistem umpan balik apakah beban kerja pelayanan yang diberikan selama ini sesuai dengan kapasitas kompetensi dan ketersediaan SDM, terintegrasi dengan perangkat pelayanan rumah sakit.
Strategi Preventif Komunitas Nasional
Konsep preventif merupakan suatu keniscayaan dan komitmen yang harus diperkuat, mengingat perjalanan pembangunan kesehatan bangsa selama ini lebih berfokus kepada aspek hilir dengan prioritas kesehatan (kuratif). Pendekatan hulu (preventif) dikembangkan sebagai titik tumpu kesehatan dan ketahanan bangsa (health resilience). Jembatan sinergitas keduanya adalah mempersiapkan generasi kualitas kesehatan yang lebih baik, yakni terjaganya generasi komorbid penyakit dengan kendali yang baik dan tumbuh kembangnya generasi berikutnya menuju Indonesia emas.
Strategi preventif komunitas adalah pencegahan kesehatan yang melibatkan integrasi diantara rumah sakit (hospital responsibility) dan institusi sosial kesehatan masyarakat (Puskesmas dan Posyandu) dalam satu rantai keterpaduan, bahkan akan lebih baik lagi jika mulai melibatkan institusi pendidikan, dalam hal ini Fakultas Kedokteran. Beberapa fakultas kedokteran saat ini mengembangkan kesehatan preventif sebagai Ilmu Kesehatan Matra dengan konsep kesiapsiagaan pra hospital sebagai fokus utama.
Strategi preventif komunitas mengedepankan dua aspek penting yakni: (1). Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan suatu transformasi pertempuran yang perlu dihadapi dengan kesiapan amunisi yang cukup melalui perencanaan, pendidikan dan pelatihan jangka panjang sebelumnya, sebagai spirit kemandirian dan kedaulatan, yaitu pengendalian penyakit melalui partisipasi sosial yang menggerakkan Community Movement Safety dan kompetensi lingkungan sehat yang dapat menjaga kontrol dan atmosfir kinerja sehat di masyarakat. (2) Pemberdayaan preventif komunitas rumah sakit sebagai nilai tambah fungsi rumah sakit, yaitu penilaian risiko dan kontrol pencegahan melingkupi kohesi dan reemerging penyakit infeksi yang berdampak sosial, dan merajutnya dalam bentuk Social Care Associate Community (SCAC). Pandemi Covid sebenarnya secara kolaborasi telah menerapkan hal ini melalui peran rumah sakit, isolasi karantina dan pemantauan pasien paska perawatan, misalnya dengan kasus long covid. Rumah sakit dalam mengembangkan pranata sosial pencegahan penyakit dapat memberdayakan perannya dalam stratifikasi penyakit, memperkuat determinan gizi yang produktif dan pemberdayaan keswadayaan kesehatan radius pembinaan masyarakat sekitarnya. Strategi preventif komunitas diharapkan mengembangkan tampilan kesehatan bangsa sebagai energi katalisator, solusi alternatif dan layar prospektif peran rumah sakit dan institusi sosial kesehatan di masyarakat dalam proteksi penyebaran penyakit.
Kesehatan Pertahanan: Respon Pandemi masa depan
Respon pandemi masa depan adalah keniscayaan yang akan dihadapi. Problematika kesehatan yang timbul berkaca dari pandemi covid yang berjalan sampai saat ini memerlukan perkuatan berbagai lini. Beberapa aksi yang dicanangkan diantaranya: (1) Kesepakatan membuat dana perantara keuangan. (2) Memperkuat acces to covid-19 tools accelerator (ACT-A) agar bisa memobilisasi sumber daya. (3) Membuka jalan untuk penguatan survaillans genomik.
(4) Mendorong digitalisasi dokumen pelaku perjalanan menjadi bagian International Health Regulation. (5) Mendorong dilakukannya analisis kesenjangan dan pemetaan kondisi terkait jejaring pusat penelitian dan manufaktur untuk vaksin, terapeutik dan diagnostik. (6) Mendorong peningkatan pembiayaan penanggulangan tuberkulosis, implementasi inisiatif One Health dan peningkatan kapasitas, deteksi dan respon antimicrobial resistance (AMR).
Keenam kesepakatan tersebut merupakan pilar yang perlu dibangun dan dipelihara secara jangka panjang sebagai konsep dari kesehatan pertahanan (health defense) dan daya juang ketahanan bangsa. Jika diibaratkan sebagai satu tubuh, daya juang ketahanan bangsa memiliki makna kekuatan urat nadi spirit kebangsaan yang menghujam titik-titik (pointer) energi tubuh, untuk bergerak dan bertarung menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Daya juang tersebut merupakan serat-serat kayu yang menserut pilah-pilah kebhinekaan menjadi kesatuan nilai, yaitu persatuan dan kebersamaan. Daya juang kebangsaan memuat kotak-kotak tiga dimensi yang berputar mengikuti arah zaman, mengurai energi kinetik bangsa untuk menggerakkan roda pedati berputar lebih cepat dan membusur energi potensial untuk menajamkan panah menuju titik sasaran yang tepat, yaitu kesejahteraan rakyat.
Energi kesehatan pertahanan bangsa ditujukan sebagai dari bagian ketahanan nasional untuk memelihara kondisi bangsa dinamis dengan keteraturan, stabilitas dan potensi untuk terjadinya perubahan (the stability of idea of changes). Salah satu akses energi kesehatan bangsa untuk menopang respon pandemi masa depan adalah kemampuan dalam pemetaan dan distribusi cakupan pelayanan terutama ke pulau-pulau terpencil sebagai bagian dari kegiatan intelijen medik, terkait dengan pemeliharan ketahanan nasional. Keberadaan pulau terluar merupakan isu keamanan nasional. Kebijakan terhadap pulau terluar dan terpencil merupakan asas pemberdayaan terhadap kedaulatan, ekonomi pembangunan, kependudukan dan tenaga kerja, manajemen ketahanan pangan dan nir militer. Kebijakan ini memusatkan lingkungan maritim sebagai aspek strategik dan landasan utama memperkuat manajeman keamanan negara berpedoman kepada instrument keamanan yang bertumpu kepada demokrasi dan akuntabilitas publik.
Mengkaji uraian diatas, strategi kebijakan arsitektur global kesehatan ‘ala’ Indonesia adalah unik, tidak bisa dilepaskan dengan distribusi geografi (peta geomedik) dan intelijen medik. Integrasi distribusi layanan kesehatan yang menjangkau daerah terpencil melingkupi aspek pembiayaan, digitalisasi kesehatan dan penelitian berbasis pemetaan genomik. Perspektif kesehatan pertahanan adalah menjembatani pendekatan epidemiologi sebagai gerakan community preventif dan community movement safety untuk memelihara kesehatan dan ketahanan bangsa yakni membangun koneksitas informasi cepat dan manajemen dinamis terhadap Kejadian Luar Biasa yang muncul, mendata potensi ancaman dan mitigasi risiko, deteksi spesies penyebab infeksi invasif, mencegah penyebaran, manajemen umpan balik informasi, mekanisme otoritas untuk perencanaan, koordinasi dan pemantauan risiko dan reduksi wabah berbasiskan biosafety dan biosecurity.
Penelitian dan survaillans genomik diharapkan dapat menginformasikan strategi intervensi tingkat populasi untuk wabah penyakit menular. Analisis genomik merupakan jendela dalam menentukan wabah terkait dengan mutasi patogen dan transmisi penularan. Strategi intervensi yang optimal akan dicapai melalui kemajuan teknologi, komunikasi efektif dan kemampuan keberlanjutan penelitian yang diperkuat oleh sumber daya manusia dan kapabilitas kelembagaan yang mengimplementasi penelitian sebagai kebijakan pengendalian kesehatan di masyarakat. Menyimak uraian diatas, pertemuan Arsitektur Kesehatan Global G-20 merupakan momen penting untuk mendapatkan peta jalan yang bersinergi terutama menghadapi respon pandemi masa depan.
Jakarta, 16 November 2022